Sabtu, 01 Agustus 2009

deskripsi mineral logam secara umum

1. Emas, Au

Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat
Sistem Kristal : Isometrik
Warna : Kuning – Emas
Goresan : Kuning
Kilap : Metalik
Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan
ujung yang tajam ).
Kekerasan : 2,5 – 3
Berat jenis : 19,3
Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal.
Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.



2. Perak, Ag
Tempat ditemukan : Irian Jaya
Sistem Kristal : Isometrik.
Warna : Putih – Perak
Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.
Belahan dan Pecahan : Tak – ada
Kekerasan : 2,5 – 3.
Berat Jenis : 10,5.
Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zone oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. Barasosiasi dengan arsenida dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismut nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uraninit dan mineral- mineral nikel-kobalt.
Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi.

3. Tembaga, Cu
Tempat ditemukan : Timor , NTT
Sistem cristal : isometrik.
Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.
Goresan : Merah metalik.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli
Kekerasan : 2,5 – 3.
Berat Jenis : 8,94.
Genesis : sejumlah kecil tembaga nativ dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga nativ terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak nativ.
Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel).

4. Sulfur, S
Tempat ditemukan : Kawah Papandayan, Jawa Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Kuning sampai coklat kekuningan.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata.
Kekerasan : 1,5 – 2,5.
Berat jenis : 2,07.
Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan-batuan sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gipsum dan batugamping.
Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalam pembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industri tekstil, kulit, kertas, cat, pencelupan dan penggilingan minyak.

5. Bismut, Bi
Tempat Ditemukan : -
Sistem Cristal : Trigonal .
Warna : Putih perak dan corak kemerahan.
Goresan : putih – perak berkilau.
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 0001 ).
Kekerasan : 2 – 2,5.
Berat jenis : 9,7 -9,8.
Genesis : Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmatit.
Manfaat : Sumber logam bismut ; digunakan dalam sekering listrik, obat dan kosmetik.,




6. Grafit, C
Tempat Ditemukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
Sistem Cristal : Heksagonal .
Warna : Hitam.
Goresan : Hitam.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
Kekerasan : 1 – 2.
Berat jenis : 2,09 – 2,23.
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata.

7. Intan, C
Tempat Ditemukan : Martapura, Kalimantan
Sistem Cristal : isometrik.
Warna : umumnya kuning pucat, atau tak berwarna, dapat pula coklat, putih sampai putih kebiruan, jingga, merah muda, biru, merah, hijau, atau hitam.
Goresan : putih
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal.
Kekerasan : 10
Berat jenis : 3,50
Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya-flogopit; batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata.

8. Bornit , Cu5FeS5
Tempat Ditemukan : Irian Jaya
Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan bila permukaannya segar, yang cepat berubah menjadi pudar sampai keunguan.
Goresan : Hitam keabuan.
Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas.
Kekerasan : 3
Berat jenis : 5,06 – 5,08
Genesis : Ternentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit, Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike), tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa, deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat-urat kuarsa.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga.

9. Galena, PbS
Tempat Ditemukan : S.Tuboh, Palembang
Sistem Cristal : Isometrik .
Warna : abu – abu timbal
Goresan : abu – abu timbal
Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna.
Kekerasan : 2,5
Berat jenis : 7,58
Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit, anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit. Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ).








10. Sfalerit, ( Zn,Fe)S
Tempat Ditemukan : Plered, Karawang Jawa Barat
Sistem Cristal : Isometrik .
Warna : Kuning, cokelat sampai hitam.
Goresan : Putih sampai kunung terang dan cokelat.
Belahan dan pecahan : ( 110 ) sempurna.
Kekerasan : 3,5 - 4
Berat jenis : 3,9 – 4,1
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, terdapat urat-urat dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, dam magnetit. Dapat pula dijumpai dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam seng. Selain itu dapat pula menjadi sumber kadmium (Cd), indium (In), galium (Ga) dan germanium (Ge)

11. Khalkopirit
Tempat Ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya
Sistem Cristal : Tetragonal .
Warna : kuning - kuningan
Goresan : hitam kehijauan
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
Kekerasan : 3,5 - 4
Berat jenis : 4,1 – 4,3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.

12. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4
Tempat Ditemukan : Padamarang, Sulawesi.
Sistem Cristal : isometrik .
Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan
Goresan : coklat gelap
Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata
Kekerasan : 5,5
Berat jenis : 5,09
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa, seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada lingkungan redimen, yaitu terdapat dalam pasir
Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom


13. Realgar, AsS
Tempat Ditemukan : Salapa, TasikMalaya Jawa Barat
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Merah-ungu
Goresan : Merah sampai jingga
Belahan dan pecahan : {010}baik ; {101},{100} dan {120} miskin
Kekerasan : 1,5 - 2
Berat jenis : 3,56
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral arsenik lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal, perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan, juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik, atau sebagai deposit mata air panas.
Manfaat : Sumber logam arsen.

14. Stibnit, Sb2S3
Tempat Ditemukan : Sambas, Kalimantan Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Belahan dan pecahan : {010} sempurna
Kekerasan : 2
Berat jenis : 4,52 – 4,63
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur rendah, terdapat dalam urat-urat atau deposit pengganti ; dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering berasosiasi dengan realgar, orpiment, galena, markasit, pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa
Manfaat : Sumber logam antimon

15. Arsenopirit, FeAsS
Tempat Ditemukan : Jerman
Sistem Cristal : Monoklin .
Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja
Goresan : Hitam keabuan
Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata
Kekerasan : 5,5, - 6
Berat jenis : 6,07
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur tinggi sampai menengah ; dan berasosiasi dengan bijih timah dan tungsten (pada deposit hidrotermal bertemperatur tinggi), bijih perak dan tembaga, galena ,sfalerit, pirit, dan khalkopirit. Dijumpai juga dalam urat-urat kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar dalam batugamping kristalin.
Manfaat : Sumber utama logam arsen

16. Korundum, Al2O3
Tempat Ditemukan : Peeks Hill, New York
Sistem Cristal : Heksagonal
Warna : Biru (safir, merah muda sampai merah-darah (rubi), juga kuning, coklat-kuning, hijau, merah lembayung sampai lembayung ; dapat juga tak berwarna.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : tak ada
Kekerasan : 9
Berat jenis : 4,0 – 4,1
Genesis : Terbentuk pada batuan metamorf, yaitu sebagai mineral asesori dalam batugamping kristalin, sekis-moka dan genes. Dapat juga dalam lingkungan batuan beku, khususnya sienit dan sienit nefelin ; dalam pegmatit, retas lamprofir, dan pada lingkungan sedimen – yaitu dalam pasir, kerikil-kerakal di sungai. Sering berasosiasi dengan khlorit, mika, olivin, serpentin, magnetit, spinel, kianit, dan diaspor.
Manfaat : Dibuat batupermata dan pengasah.

17. Hematit, Fe2O3
Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat
Sistem Cristal : Heksagonal.
Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai hitam.
Goresan : Merah atau coklat kemerahan
Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata.
Kekerasan : 5,5 – 6,5
Berat jenis : 5,26
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme kontak; juga dalam lingkungan sedimen.
Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap. Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat batupermata.

18. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10
Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap
Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : Tak-ada
Kekerasan : 5 – 6
Berat jenis : 4,71
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ; sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit. Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil pelapukan silikat atau karbonat mengandung mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam lempung, dan dalam deposit danau atau rawa.
Manfaat : Sumber logam mangan.

19. Pirolusit, MnO2
Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat
Sistem Cristal : Tetragonal.
Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu-besi, Madang-kadang kebiruan.
Goresan : hitam
Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata.
Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv)
Berat jenis : 4,75
Genesis : terbentuk pada lingkungan redimen oksidat; sering ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau depoisit laut dangkal; pada mintakat oksidasi dari statu deposit bijih, atau batuan yang mengandung mangan.
Manfaat : sumber logam mangan

20. Kasiterit, SnO2
Tempat Ditemukan : Bangka
Sistem Cristal : Tetragonal .
Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam kecoklatan, dapat juga putih (jarang).
Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ; konkoidal.
Kekerasan : 6 – 7
Berat jenis : 6,8 – 7,1
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur tinggi dan terdapat dalam urat-urat, atau proses metamorfisme yang secara genetic berhubungan dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, arsenopirit, muskovit, mika-Li, bismulinit, bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai mineral alluvial.
Manfaat : sumber logam timah ( putih )

21. Manganit, MnO(OH)
Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang sempurna
Kekerasan : 4
Berat jenis : 4,33
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit. Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral mangan yang lain.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan.

22. Fluorit, CaF2
Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat
Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung, putih, abu-abu, biru-langit, hitam keniruan, atau coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {111} sempurna
Kekerasan : 4
Berat jenis : 3,18
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan dijumpai dalam urat-urat, baik sebagi mineral utama maupun sebagai mineral geng bersama mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal dan perak. Umumnya dalam dolomit dan batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada lingkungan batuan beku dan pegmatit. Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa, galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan apatit.
Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja, gelas, Kaca-serat ( fiberglass ) dan tembikar.

23. Kalsit , CaCo3
Tempat Ditemukan : Kliripan, Yogyakarta
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna sampai putih, sering diwarnai oleh warna abu-abu, merah, hijau, biru, kuning, bahan coklat sampai hitam bila tidak murni.
Goresan : Putih sampai keabuan.
Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna.
Kekerasan : 3
Berat jenis : 2,71
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, sedimen, metamorf dan melalui proses hidrotermal. Merupakan mineral utama dalam batugamping, atau pulam/marmer (marble). Dapat juga diendapkan di sekitar/di sekeliling mata air, atau aliran air, berupa travertin, tufa, atau sinter-gamping.
Manfaat : Kalsit merupakan sumber senyawa CaO, yang digunakan untuk membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur tohor, industri kimia, industri besi baja dan pembenah tanah.

24. Magnesit, MgCO3
Tempat Ditemukan : Lalangsilawo, Sulawesi
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, putih-keabuan, dan kekuningan sampai coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 5
Berat jenis : 3,0 – 3,2
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen ; secara hidrotermal, sehingga terdapat dalam urat-urat, atau sebagai hasil ubahan pada batuan yang banyak mengandung silikat kalsium (serpentin, olivin, dan piroksen) yang disebabkan oleh air karbonat.
Manfaat : Sumber senyawa MgO yang digunakan dalam pembuatan batubara tahan api, industri kimia, dan sebagai sumber logam magnesium.



25. Siderit, FeCO3
Tempat Ditemukan : Antigonis, Nova Scotia
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Coklat kekuningan dan coklat keabuan sampai coklat dan coklat kemerahan, dapat juga abu-abu, abu-abu kekuningan , atau abu-abu kehijauan.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}.
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 3,96 untuk FeCO3 murni, dan menjadi rendah dengan hadirnya Mn2+ dan Mg.
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen, dan terdapat sebagai lapisan-lapisan yang sering berasosiasi dengan lapisan lempung, serpih, atau batubara. Dapat pula terbentuk melalui proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, atau terbentuk sebagai pegmatit. Sering berasosiasi dengan bijih-bijih metal yang mengandung mineral-mineral perak seperti pirit, khalkopirit, tetrahedrit, dan galena.
Manfaat : Sumber logam besi

26. Dolomit, CaMg(CO3)2
Tempat Ditemukan : Essex.Co, New York
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan, yang menjadi coklat kekuningan, atau coklat, dengan semakin meningkatnya kadar Fe2+, dapat juga merah muda, atau merah-mawar
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 2,85.
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melaluia proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa dan mineral-mineral bijih metalik. Dapat juga terbentuk secara metamorfisme.
Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk membuat batubara tahan api.dapat juga dibuat batu hias.

27. Witerit, BaCO3
Tempat Ditemukan : Inggris
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai seperti susu, putih, atau keabuan, dapat juga berwarna kuning, coklat, atau hijau.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Jelas pada {010}
Kekerasan : 2 – 3,5
Berat jenis : 4,3
Genesis : Witerit adalah mineral yang jarang, terbentuk secara, hidrotermal temperatur rendah, terdapat dalam urat-urat bersama barit dan galena.
Manfaat : Sumber minor unsur barium.

28. Malakhit, Cu2(CO3)(OH)2
Tempat Ditemukan : Broken Hill, New South Wales, Australia
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hijau cemerlang.
Goresan : Hijau pucat.
Belahan dan pecahan : {201} sempurna, {010}baik ; tak-rata
Kekerasan : 3,5 – 4
Berat jenis : 3,9 – 4,03
Genesis : Malakhit adalah mineral tembaga sekunder, umumnya terdapat dalam mintakat oksidasi atas pada suatu deposit bijih tembaga, khususnya pada derah yang berbatugamping, dan sering berasosiasi dengan azurit, limonit, kalsit, kalsedon, khrisokola, dan mineral-mineral sekunder tembaga, timbal, atau seng, dan lainnya.
Manfaat : Mineral bijih sumber minor logam tembaga, digunakan juga sebagai batu-hias, dan batupermata.

29. Barit, BaSO4
Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning, coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna.
Kekerasan : 3 – 3,5
Berat jenis : 4,5
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperatur rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat-urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt, mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa
Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor ( drilling mud ) yang dipakai pada pemboranminyak bumi dan gas.

30. Anhidrit, CaSO4
Tempat Ditemukan : Nants, Nova Scotia
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai kebiruan atau lembayung (violet), kadangkala abu-abu sampai abu-abu gelap.
Goresan : Putih sampai putihkeabuan.
Belahan dan pecahan : {010}sempurna,{100} hampir sempurna dan {001} baik.
Kekerasan : 3 – 3,5
Berat jenis : 2,89 – 2,98
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen, dan sering berasosiasi dengan gipsum, batugamping, dolomit, dan garam-garam. Dapat juga terbentuk melalui proses hidrotermal, dan terdapat sebagai mineral geng dalam urat-urat metaliferus.
Manfaat : Sebagai pembenah tanah dan van untuk membuat semen PĆ³rtland.

31. Gipsum, CaSO42H2O
Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu-abu,dan kekuningan bila masiv.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
Kekerasan : 2
Berat jenis : 2,32
Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam urat-urat metalik sebagai mineral geng.
Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai pembenah tanah dan pupuk.

32. Wolframit, (Fe, Mn)WO4
Tempat Ditemukan : Pengan, Bangka
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hitam-kecoklatan sampai hitam besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {010}sempurna.
Kekerasan : 4 – 4,5
Berat jenis : 7,1 – 7,5 ; membesar seiring dengan naiknya kandungan Fe.

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan pegmatit yang berasosiasi dengan batuan intrusif granitik ; hidrotermal temperatur tinggi, dijumpai dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan pirotit, pirit, khalkosit, dan bismutinit. Dapat pula terdapat dalam deposit metamorfisme kontak dan deposit alluvial.
Manfaat : Sumber utama Logam tungsten ( wolfram ).

33. Monasit, (Ce, La, Y, Th)PO4
Tempat Ditemukan : Transvall, Afrika Selatan.
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : kekuningan, atau coklat kemerahan sampai coklat.
Goresan : hampir putih.
Belahan dan pecahan : {100} jelas.
Kekerasan : 5-5,5.
Berat jenis : 4,6-5,4.
Radioactivitas : Radioaktif.
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, yaitu sebagai mineral asesori dalam granit, sienit ; pada lingkungan pegmatit, dan sebagai mineral rombakan berbentuk pasir dalam lingkungan redimen.berasosiasi dengan zirkon, xenotim, magnetit, apatit, ilmenit, rutil dan kolumbit.
Manfaat : Sumber torium ( Th, eleven radioaktif ) dan torium oksida.

34. Kuarsa, SiO2
Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna karena pengotoran.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 7
Berat jenis : 2,65
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen.
Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi, pembuatan gelas, keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan optik.

35. Opal, SiO2.nH2O
Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah
Sistem Cristal : Tak-ada.
Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat, atau merah, yangbiasanya disebabkan oleh kotoran berbutir halus.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 5,5 – 6,5
Berat jenis : 2,0 – 2,2
Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan oleh bunga-karang. (sponge), radiolaria dan diatomea dari sekresinya yang berupa silica.
Manfaat : Dibuat batupermata, sedangkan diatomit digunakan untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan isolator.

36. Nef elin, (Na, K)AlSiO4
Tempat Ditemukan : New York
Sistem Cristal : Hexagonal.
Warna : Tak berwarna sampai putih, terkadang abu-abu, coklat, kehijauan, kemerahan, atau kekuningan.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {10 10} jelas.
Kekerasan : 6
Berat jenis : 2,55-2,65
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku plutonio dan Vulkanik, juga dalam pegmatit yang berasosiasi dengan sienit nefelin.
Manfaat : Nefelin bebas besi (nefelin murni) digunakan dalam pembuatan gelas dan keramik, juga dalam industri kulit, textil, kayu, karet dan minyak.

37. Kaolinit, Al4Si4O10(OH)8
Tempat Ditemukan : Flores, NTT
Sistem Cristal : Triklin.
Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau abu-abu karena pengotoran.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {001} sempurna, tetapi tidak terlihat dengan mata biasa karena berukuran Sangat kecil.
Kekerasan : 2
Berat jenis : 2,6
Genesis : Terbentuk sebagai hasil dekomposisi aluminosilikat, khususnya feldspar, baik oleh aktivitas pelapukan, atau hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan kaolinit.
Manfaat : Digunakan dalam industri yertas, karet, keramik, tembikar dan farmasi.

38. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2
Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan
Sistem Cristal : Monoklin .
Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat pada lembaran tipis.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} sempurna.
Kekerasan : 2-2,5
Berat jenis : 2,8-2,9
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit ( dalam pegmatit granit ), lingkungan metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam sekis dan genes ), ata upada lingkungan redimen.
Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, yertas dinding, bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan panas.

39. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat.
Sistem Cristal : Trigonal.
Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap, tak berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau, dan biru untuk varitas yang mengandung litium.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal.
Kekerasan : 7-7,5
Berat jenis : 3,0-3,2. ; membesar seiring dengan bertambahnya Fe
Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam pegmatit granit.dijumpai juga sebagai mineral asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada sekis dan genes.Turmalin coklat kaya –Mg dapat dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan dalam urat-urat metaliferus bertemperatur tinggi.
Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industri sehubungan dengan sifat piezoelektriknya.

40. Olivin, (Mg,Fe)2SiO4
Tempat Ditemukan : Cipanas, Garut, Jawa Barat
Sistem Cristal : Ortorombik.
Warna : Biasanya hijau-pudar (olive-green), dapat juga putih dan cokelat sampai hitam.
Goresan : Putih atau abu-abu.
Belahan dan pecahan : {010} tak jelas ; konkoidal.
Kekerasan : 6,5-7
Berat jenis : 3,27-4,37
Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, khususnya dalam lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa.Dapat menjadi penyusun utama dalam batuan beku ultrapasa, yaitu dunit.
Manfaat : Dibuat batupermata, khususnya varitas hijau cerah- disebut juga peridot, dan dibuat pasir refraktori yang dipakai dalam industri pengecoran.

Jumat, 31 Juli 2009

geologi daerah sumatra

GEOLOGI REGIONAL
CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

Tektonik Regional
Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan belakang busur.
Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia (gambar 1). Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra utara (gambar 2).



Gambar 1. Peta pergerakan lempeng Daerah Sumatra dan kawasan Asia Tenggara lainnya pada masa kini
Proses subduksi lempeng Hindia-Australia menghasilkan peregangan kerak di bagian bawah cekungan dan mengakibatkan munculnya konveksi panas ke atas dan diapir-diapir magma dengan produk magma yang dihasilkan terutama bersifat asam, sifat magma dalam dan hipabisal. Selain itu, terjadi juga aliran panas dari mantel ke arah atas melewati jalur-jalur sesar. Secara keseluruhan, hal-hal tersebutlah yang mengakibatkan tingginya heat flow di daerah cekungan Sumatra tengah (Eubank et al., 1981 dalam Wibowo, 1995).


Gambar 2. Lokasi Cekungan Sumatra tengah dan batas-batasnya

Faktor pengontrol utama struktur geologi regional di cekungan Sumatra tengah adalah adanya Sesar Sumatra yang terbentuk pada zaman kapur. Subduksi lempeng yang miring dari arah Barat daya pulau Sumatra mengakibatkan terjadinya strong dextral wrenching stress di Cekungan Sumatra tengah (Wibowo, 1995). Hal ini dicerminkan oleh bidang sesar yang curam yang berubah sepanjang jurus perlapisan batuan, struktur sesar naik dan adanya flower structure yang terbentuk pada saat inversi tektonik dan pembalikan-pembalikan struktur (gambar 3). Selain itu, terbentuknya sumbu perlipatan yang searah jurus sesar dengan penebalan sedimen terjadi pada bagian yang naik (inverted) (Shaw et al., 1999).
Struktur geologi daerah cekungan Sumatra tengah memiliki pola yang hampir sama dengan cekungan Sumatra Selatan, dimana pola struktur utama yang berkembang berupa struktur Barat laut-Tenggara dan Utara-Selatan (Eubank et al., 1981 dalam Wibowo, 1995). Walaupun demikian, struktur berarah Utara-Selatan jauh lebih dominan dibandingkan struktur Barat laut–Tenggara.
Elemen tektonik yang membentuk konfigurasi Cekungan Sumatra tengah dipengaruhi adanya morfologi High – Low pre-Tersier. Pada gambar 4 dapat dilihat pengaruh struktur dan morfologi High – Low terhadap konfigurasi basin di Cekungan Sumatra tengah (kawasan Bengkalis Graben), termasuk penyebaran depocenter dari graben dan half graben. Lineasi Basement Barat laut-Tenggara sangat terlihat pada daerah ini dan dapat ditelusuri di sepanjang cekungan Sumatra tengah. Liniasi ini telah dibentuk dan tereaktivasi oleh pergerakan tektonik paling muda (tektonisme Plio-Pleistosen). Akan tetapi liniasi basement ini masih dapat diamati sebagai suatu komponen yang mempengaruhi pembentukan formasi dari cekungan Paleogen di daerah Cekungan Sumatra tengah.
Sejarah tektonik cekungan Sumatra tengah secara umum dapat disimpulkan menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Konsolidasi Basement pada zaman Yura, terdiri dari sutur yang berarah Barat laut-Tenggara.
2. Basement terkena aktivitas magmatisme dan erosi selama zaman Yura akhir dan zaman Kapur.
3. Tektonik ekstensional selama Tersier awal dan Tersier tengah (Paleogen) menghasilkan sistem graben berarah Utara-Selatan dan Barat laut-Tenggara. Kaitan aktivitas tektonik ini terhadap paleogeomorfologi di Cekungan Sumatra tengah adalah terjadinya perubahan lingkungan pengendapan dari longkungan darat, rawa hingga lingkungan lakustrin, dan ditutup oleh kondisi lingkungan fluvial-delta pada akhir fase rifting.
4. Selama deposisi berlangsung di Oligosen akhir sampai awal Miosen awal yang mengendapkan batuan reservoar utama dari kelompok Sihapas, tektonik Sumatra relatif tenang. Sedimen klastik diendapkan, terutama bersumber dari daratan Sunda dan dari arah Timur laut meliputi Semenanjung Malaya. Proses akumulasi sedimen dari arah timur laut Pulau Sumatra menuju cekungan, diakomodir oleh adanya struktur-struktur berarah Utara-Selatan. Kondisi sedimentasi pada pertengahan Tersier ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi muka air laut global (eustasi) yang menghasilkan episode sedimentasi transgresif dari kelompok Sihapas dan Formasi Telisa, ditutup oleh episode sedimentasi regresif yang menghasilkan Formasi Petani.
5. Akhir Miosen akhir volkanisme meningkat dan tektonisme kembali intensif dengan rejim kompresi mengangkat pegunungan Barisan di arah Barat daya cekungan. Pegunungan Barisan ini menjadi sumber sedimen pengisi cekungan selanjutnya (later basin fill). Arah sedimentasi pada Miosen akhir di Cekungan Sumatra tengah berjalan dari arah selatan menuju utara dengan kontrol struktur-struktur berarah utara selatan.
6. Tektonisme Plio-Pleistosen yang bersifat kompresif mengakibatkan terjadinya inversi-inversi struktur Basement membentuk sesar-sesar naik dan lipatan yang berarah Barat laut-Tenggara. Tektonisme Plio-Pleistosen ini juga menghasilkan ketidakselarasan regional antara formasi Minas dan endapan alluvial kuarter terhadap formasi-formasi di bawahnya.

Stratigrafi Regional
Proses sedimentasi di Cekungan Sumatra tengah dimulai pada awal tersier (Paleogen), mengikuti proses pembentukan cekungan half graben yang sudah berlangsung sejak zaman Kapur hingga awal tersier.
Konfigurasi basement cekungan tersusun oleh batuan-batuan metasedimen berupa greywacke, kuarsit dan argilit. Batuan dasar ini diperkirakan berumur Mesozoik. Pada beberapa tempat, batuan metasedimen ini terintrusi oleh granit (Koning & Darmono, 1984 dalam Wibowo, 1995).
Secara umum proses sedimentasi pengisian cekungan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Rift (Siklis Pematang)
Secara keseluruhan, sedimen pengisi cekungan pada fase tektonik ekstensional (rift) ini dikelompokkan sebagai Kelompok Pematang yang tersusun oleh batulempung, serpih karbonan, batupasir halus dan batulanau aneka warna. Lemahnya refleksi seismik dan amplitudo yang kuat pada data seismik memberikan indikasi fasies yang berasosiasi dengan lingkungan lakustrin.
Pengendapan pada awal proses rifting berupa sedimentasi klastika darat dan lakustrin dari Lower Red Bed Formation dan Brown Shale Formation. Ke arah atas menuju fase late rifting, sedimentasi berubah sepenuhnya menjadi lingkungan lakustrin dan diendapkan Formasi Pematang sebagai Lacustrine Fill sediments.
a) Formasi Lower Red Bed
Tersusun oleh batulempung berwarna merah – hijau, batulanau, batupasir kerikilan dan sedikit konglomerat serta breksi yang tersusun oleh pebble kuarsit dan filit. Kondisi lingkungan pengendapan diinterpretasikan berupa alluvial braid-plain dilihat dari banyaknya muddy matrix di dalam konglomerat dan breksi
b) Formasi Brown Shale
Formasi ini cukup banyak mengandung material organik, dicirikan oleh warna yang coklat tua sampai hitam. Tersusun oleh serpih dengan sisipan batulanau, di beberapa tempat terdapat selingan batupasir, konglomerat dan paleosol. Ketebalan formasi ini mencapai lebih dari 530 m di bagian depocenter.
Formasi ini diinterpretasikan diendapkan di lingkungan danau dalam dengan kondisi anoxic dilihat dari tidak adanya bukti bioturbasi. Interkalasi batupasir batupasir–konglomerat diendapkan oleh proses fluvial channel fill. Menyelingi bagian tengah formasi ini, terdapat beberapa horison paleosol yang dimungkinkan terbentuk pada bagian pinggiran/batas danau yang muncul ke permukaan (lokal horst), diperlihatkan oleh rekaman inti batuan di komplek Bukit Susah (gambar 6).
Secara tektonik, formasi ini diendapkan pada kondisi penurunan cekungan yang cepat sehingga aktivitas fluvial tidak begitu dominan.
c) Formasi Coal Zone
Secara lateral, formasi ini dibeberapa tempat equivalen dengan Formasi Brown Shale. Formasi ini tersusun oleh perselingan serpih dengan batubara dan sedikit batupasir.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini diinterpretasikan berupa danau dangkal dengan kontrol proses fluvial yang tidak dominan. Ditinjau dari konfigurasi cekungannya, formasi ini diendapkan di daerah dangkal pada bagian aktif graben menjauhi depocenter (gambar 6).
d) Formasi Lake Fill
Tersusun oleh batupasir, konglomerat dan serpih. Komposisi batuan terutama berupa klastika batuan filit yang dominan, secara vertikal terjadi penambahan kandungan litoklas kuarsa dan kuarsit. Struktur sedimen gradasi normal dengan beberapa gradasi terbalik mengindikasikan lingkungan pengendapan fluvial-deltaic.
Formasi ini diendapkan secara progradasi pada lingkungan fluvial menuju delta pada lingkungan danau. Selama pengendapan formasi ini, kondisi tektonik mulai tenang dengan penurunan cekungan yang mulai melambat (late rifting stage). Ketebalan formasi mencapai 600 m.
e) Formasi Fanglomerate
Diendapkan disepanjang bagian turun dari sesar sebagai seri dari endapan aluvial. Tersusun oleh batupasir, konglomerat, sedikit batulempung berwarna hijau sampai merah. Baik secara vertikal maupun lateral, formasi ini dapat bertransisi menjadi formasi Lower Red Bed, Brown Shale, Coal Zone dan Lake Fill.

Di beberapa daerah sepertihalnya di Sub-Cekungan Aman, dua formasi terakhir (Lake Fill dan Fanglomerat) dianggap satu kesatuan yang equivalen dengan Formasi Pematang berdasarkan sifat dan penyebarannya pada penampang seismik.

Sag
Secara tidak selaras diatas Kelompok Pematang diendapkan sedimen Neogen. Fase sedimentasi ini diawali oleh episode transgresi yang diwakili oleh Kelompok Sihapas dan mencapai puncaknya pada Formasi Telisa.
(Siklis Sihapas  transgresi awal)
Kelompok Sihapas yang terbentuk pada awal episode transgresi terdiri dari Formasi Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap dan Formasi Duri. Kelompok ini tersusun oleh batuan klastika lingkungan fluvial-deltaic sampai laut dangkal. Pengendapan kelompok ini berlangsung pada Miosen awal – Miosen tengah.
a) Formasi Menggala
Tersusun oleh batupasir konglomeratan dengan ukuran butir kasar berkisar dari gravel hingga ukuran butir sedang. Secara lateral, batupasir ini bergradasi menjadi batupasir sedang hingga halus. Komposisi utama batuan berupa kuarsa yang dominan, dengan struktur sedimen trough cross-bedding dan erosional basal scour. Berdasarkan litologi penyusunnya diperkirakan diendapkan pada fluvial-channel lingkungan braided stream.
Formasi ini dibedakan dengan Lake Fill Formation dari kelompok Pematang bagian atas berdasarkan tidak adanya lempung merah terigen pada matrik (Wain et al., 1995). Ketebalan formasi ini mencapai 250 m, diperkirakan berumur awal Miosen bawah.
b) Formasi Bangko
Formasi ini tersusun oleh serpih karbonan dengan perselingan batupasir halus-sedang. Diendapkan pada lingkungan paparan laut terbuka. Dari fosil foraminifera planktonik didapatkan umur N5 (Blow, 1963). Ketebalan maksimum formasi kurang lebih 100 m.
c) Formasi Bekasap
Formasi ini tersusun oleh batupasir masif berukuran sedang-kasar dengan sedikit interkalasi serpih, batubara dan batugamping. Berdasarkan ciri litologi dan fosilnya, formasi ini diendapkan pada lingkungan air payau dan laut terbuka. Fosil pada serpih menunjukkan umur N6 – N7. Ketebalan seluruh formasi ini mencapai 400 m.

d) Formasi Duri
Di bagian atas pada beberapa tempat, formasi ini equivalen dengan formasi Bekasap. Tersusun oleh batupasir halus-sedang dan serpih. Ketebalan maksimum mencapai 300 m. Formasi ini berumur N6 – N8.
(Formasi Telisa  transgresi akhir)
Formasi Telisa yang mewakili episode sedimentasi pada puncak transgresi tersusun oleh serpih dengan sedikit interkalasi batupasir halus pada bagian bawahnya. Di beberapa tempat terdapat lensa-lensa batugamping pada bagian bawah formasi. Ke arah atas, litologi berubah menjadi serpih mencirikan kondisi lingkungan yang lebih dalam. Diinterpretasikan lingkungan pengendapan formasi ini berupa lingkungan Neritik – Bathyal atas.
Secara regional, serpih marine dari formasi ini memiliki umur yang sama dengan Kelompok Sihapas, sehingga kontak Formasi Telisa dengan dibawahnya adalah transisi fasies litologi yang berbeda dalam posisi stratigrafi dan tempatnya. Ketebalan formasi ini mencapai 550 m, dari analisis fosil didapatkan umur N6 – N11.
(Formasi Petani  regresi)
Tersusun oleh serpih berwarna abu-abu yang kaya fosil, sedikit karbonatan dengan beberapa lapisan batupasir dan batulanau. Secara vertikal, kandungan tuf dalam batuan semakin meningkat.
Selama pengendapan satuan ini, aktivitas tektonik kompresi dan volkanisme kembali aktif (awal pengangkatan Bukit Barisan), sehingga dihasilkan material volkanik yang melimpah. Kondisi air laut global (eustasi) berfluktuasi secara signifikan dengan penurunan muka air laut sehingga terbentuk beberapa ketidakselarasan lokal di beberapa tempat.
Formasi ini diendapkan pada episode regresif secara selaras diatas Formasi Telisa. Walaupun demikian, ke arah timur laut secara lokal formasi ini memiliki kontak tidak selaras dengan formasi di bawahnya. Ketebalan maksimum formasi ini mencapai 1500 m, diendapkan pada Miosen tengah– Pliosen.

Inversi
Pada akhir tersier terjadi aktivitas tektonik mayor berupa puncak dari pengangkatan Bukit Barisan yang menghasilkan ketidakselarasan regional pada Plio-Pleistosen. Aktivitas tektonik ini mengakibatkan terjadinya inversi struktur sesar turun menjadi sesar naik. Pada fase tektonik inversi ini diendapkan Formasi Minas yang tersusun oleh endapan darat dan aluvium berupa konglomerat, batupasir, gravel, lempung dan aluvium berumur Pleistosen – Resen.



DAFTAR PUSTAKA
Moulds, P.J., 1989, Development Of The Bengkalis Depression, Central Sumatra and Ins Subsequent Deformation – A Model for Other Sumatran Grabens, Proceedings Indonesian Petroleum Association – Eighteenth Annual Convention vol.1, Jakarta.
Shaw, J.H., Hook, S.C. dan Sitohang E.P., 1999, Extensional Fault-Bend Folding and Synrift Deposition: An Example from the Central Sumatra Basin, Indonesia, AAPG Bulletin, V. 81, No. 3 - Online presentation.
http://www.searchanddiscovery.net/documents/Indonesia
Wain, A.S. dan Jackson, B.A., 1995, New Pematang Depocentres on The Kampar Uplift, Central Sumatra, Proceedings Indonesian Petroleum Association – Twenty Fourth Annual Convention vol.1, Jakarta.
Wibowo, R.A., 1995, Pemodelan Termal Sub-Cekungan Aman Utara Sumatra Tengah, Bidang Studi Ilmu Kebumian – Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung, Unpublished.




Gambar 3 (a) Penampang seismik yang memperlihatkan adanya flower structure di daerah Sumai. (b) Flattening seismik yang memberikan ilustrasi konfigurasi half graben depocenter Sumai dan bagian yang tererosi



.




Gambar 4 konfigurasi Cekungan Sumatra tengah bagian tenggara (kawasan Bengkalis) yang memperlihatkan dominasi struktur dan paleomorfologi High – Low (Moulds, 1989)





gambar 5. Stratigrafi daerah Teso-Cenako Sumatra tengah dengan variasi level eustasi (modifikasi dari Haq et al., 1988 dalam Wain et al., 1995). RSL fall pada 29 jtl sebanding dengan akhir deposisi Kelompok Pematang.


Gambar 6. litostratigrafi Kelompok Pematang dan asosiasi fasies. (a) distribusi vertikal dan lateral litofasies. Batubara swamp pada bagian yang turun (flexure) dan ketidakselarasan lokal berkembang pada daerah yang aktif. (b) data core dangkal di daerah Bukit Susah. (Wain et al., 1995).


gambar 7. konfigurasi cekungan saat ini dari half graben Cenako. (a) sebelum diinterpretasi (b) setelah diinterpretasi, memperlihatkan sesar-sesar dan geometeri cekungan (Wain et al., 1995)

kumpulan contoh tugas akhir geologi

PEDOMAN TATA CARA PELAKSANAAN
KEGIATAN TUGAS AKHIR



PENYUSUN :
Ir. SINGGIH IRIANTO. M.Si (Koordinator Tugas Akhir)
Ir. DJAUHARI NOOR M.Sc (Dosen Wali Mahasiswa Tugas Akhir)
Ir. TETI SYAHRULYATI (Dosen Mata Kuliah Teknik Komunikasi)


Editor
Ir. DENNY SUKAMTO K.
Ir. M. AGUS KARMADI








PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS PAKUAN
Bogor, 2000

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdirinya Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, pada tahun 1984, dilatar belakangi oleh keinginan para tokoh pendiri untuk melaksanakan pendidikan dibidang ilmu kebumian, yang dapat membawa para lulusannya untuk bisa :
 Menggunakan dasar-dasar ilmu kebumian baik untuk pengembangan ilmu maupun untuk penerapannya pada saat terjun di masyarakat.
 Melakukan tranfer teknologi dibidang ilmu kebumian kepada masyarakat, agar bangsa indonesia tidak tertinggal oleh kemajuan teknologi kebumian.
 menjadi tenaga profesional dibidang ilmu kebumian yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
 Meningkatkan pemanfaatan bidang ilmu kebumian disegala bidang (energi, keteknikan/rekayasa,tata lingkungan dan pengembangan wilayah).
Untuk mencapai tujuan tersebut maka peserta didik perlu dibekali kemampuan untuk melakukan penelitian, mulai dari persiapan, metodologi, pengambilan data, analisis sampai menghasilkan suatu laporan berupa tulisan (buku) maupu gambar-gambar, peta dan lain lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam suatu mata kuliah tugas akhir.
1.2. Maksud dan Tujuan
Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi yang akan menyelesaikan perkuliahannya, harus diberi pembekalan yang cukup agar dapat menghadapi persoalan dan tantangan dibidang ilmu kebumian dan yang berkaitan, seperti pemetaan geologi untuk eksplorasi, rekayasa, perencanaan wilayah dan lingkungan.
Salah satu bentuk pembekalan yang diberikan oleh Program Studi Teknik Geologi kepada perserta didik adalah karya tulis ilmiah pada saat melakukan tugas akhir. Untuk mempermudah pencapaian dan keseragaman mahasiswa dalam penyusunan tugas akhir, maka perlu dibuat suatu tuntunan atau panduan penelitian didalam penyusunan laporan, seperti persyaratan akademis dan administrasi yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa sebelum mahasiswa itu menyelesaikan studinya maupun tatacara penyusunan laporan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dengan demikian, diharap mahasiswa mampu menerapkan teori dan praktek yang pernah diperoleh selama mengikuti perkuliahan, sehingga pada akhirnya mahasiswa mendapat pembekalan yang memadai didalam memecahkan suatu masalah keteknikan dibidang ilmu kebumian, untuk dapat diterapkan di masyarakat, seperti industri pertambangan dan energi, rekayasa geologi, perencanan wilayah dan lingkungan.
II. ATURAN DAN PERSYARATAN
2.1. Persyaratan
Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan tugas akhir harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan:
1. Telah lulus semua mata kuliah sampai semester VIII dengan jumlah nilai D maksimum 6 SKS. Kecuali untuk mata kuliah Ekskursi Regional, jika pihak Jurusan belum menyelenggarakan, maka mahasiswa tetap dapat melaksanakan kegiatan tugas akhir.
2. Hanya memiliki 1 nilai E pada semua mata kuliah (semester I-VIII) dan indeks prestasi kumulatif sekurang-kurangnya 2,0.
3. Terdaftar sebagai mahasiswa aktif. Pada semester berjalan.
4. Mencantumkan mata kuliah Tugas Akhir dengan bobot 6 SKS pada FRS (Formulir Rencana Studi) semester berjalan.
5. Telah melaksanakan Kuliah Lapangan, dengan bukti membuat Laporan kuliah lapangan dan telah dinyatakan lulus.
6. Telah memenuhi persyaratan administrasi akademis dan keuangan.
2.2. Prosedur Pengajuan Tugas Akhir
Prosedur pengajuan permohonan mengikuti tugas akhir adalah:
1. Mahasiswa yang telah memenuhi semua persyaratan, mengisi formulir permohonan tugas akhir dan persyaratan-persyaratan lainnya (formulir terlampir) yang disediakan di Sekertariat Program Studi Teknik Geologi.
2. Formulir diisi dengan benar dan disetujui oleh Dosen Wali, Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Program Studi.
3. Bersamaan dengan pengisian formulir tersebut, disampaikan rencana judul tugas akhir. Selanjutnya koordinator tugas akhir akan menentukan dosen yang akan menjadi pembimbing I dan II bagi mahasiswa yang bersangkutan. Penentuan/penunjukan dosen pembimbing oleh koordinator disesuaikan dengan topik yang diambilnya.
4. Berdasarkan surat permohonan yang telah mendapat persetujuan, maka mahasiswa yang bersangkutan harus menghubungi calon dosen pembimbing I dan Pembimbing II untuk meminta kesediannya. Apabila calon pembimbing I dan II telah menyatakan kesediannya maka proses dapat dilanjutkan kepada tahap berikutnya. Apabila calon pembimbing I dan II tidak bersedia membimbing, maka mahasiswa yang bersangkutan harus menghubungi koordinator tugas akhir untuk memperoleh pembimbing I dan II pengganti.
5. Jika pembimbing I dan II telah bersedia, maka program studi teknik geologi akan membuatkan Surat Keputusan Tugas Akhir bagi mahasiswa yang bersangkutan, selanjutnya mahasiswa yang bersangkutan wajib membuat proposal tugas akhir.
6. Isi / materi dan format proposal Tugas Akhir harus dikonsultasikan, dan mendapat persetujuan serta pengesahan dari Pembimbing I, Pembimbing II, Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Program Studi Teknik Geologi.
7. Setelah proposal tugas akhir disetujui oleh pihak-pihak terkait, maka Dekan Fakultas Teknik akan mengeluarkan surat keputusan (SK) pengukuhan pembimbing I dan II.
8. Pelaksanaan Tugas akhir dapat dimulai, setelah SK pengukuhan pembimbing I dan II diterima mahasiswa bersangkutan.
2.3. Jangka Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir.
Jangka waktu pelaksanaan tugas akhir maksimum 1 tahun sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik sampai dengan tanggal terakhir menyerahkan laporan tugas akhir yang telah disahkan oleh dosen pembimbing I dan II. Jangka waktu pelaksanaan tugas akhir dapat diperpanjang sampai 6 (enam) bulan, atau 12 bulan sejak tanggal dikeluarkannya SK dekan, hanya bila mendapat persetujuan dari pembimbing I dan Pembimbing II, Koordinator Tugas Akhir, dan Ketua Program Studi.


III. MATERI DAN FORMAT PROPOSAL TUGAS AKHIR.
3.1. Materi
Materi proposal atau usulan penelitian
Kata Pengantar
Berisikan landasan dilakukannya pemetaan, identifikasi dan ruang lingkup masalah, waktu pelaksanaan, ucapan terimakasih, harapan tentang manfaat laporan serta tempat, tanggal dan nama penulis.
Daftar Isi Proposal
Memuat daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dll
BAB I. Pendahuluan :
Memuat tentang latar belakang penelitian, maksud dan tujuan, Jadwal dan Waktu pelaksanaan, lokasi penelitian dan kesampaian lokasi, Metode penelitian mulai metode pengambilan data sampai analisis laboratorium dan pekerjaan studio, peneliti terdahulu.
BAB II. Geologi Regional dan Daerah penelitian
A. Geomorfologi yang memuat tentang kondisi morfologi secara regional dan daerah penelitian melalui analisis peta topografi dan peta geologi regional skala 1: 100.000.
B. Stratigrafi yang memuat tentang tatanan stratigrafi secara regional yang mencakup daerah rencana penelitan, berisi tentang Satuan batuan,cirilitologi, secara umum dan Formasi
C. Struktur Geologi yang memuat tentang jenis–jenis struktur yang ada di daerah rencana penelitian seperti struktur perlipatan, patahan kekar dll.
BAB III. Studi Khusus
Studi khusus adalah topik bahasan khusus sesuai dengan minat, dan kondisi-kondisi geologi yang khas dan menarik yang ada di daerah penelitian untuk diteliti secara detil dan mendalam misalnya Potensi bahan galian C, mineralisai, Mekanisme sedimentasi, Mekanisme struktur, Perencanaan wilayah, potensi Bencana geologi, Hidrogeologi dll. Isi dari studi khusus ini mencakup alasan pengambilan topik, latar belakang dan tujuan, Landasan Teori, Cara Pengambilan Data.
BAB IV. Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya berisikan perincian biaya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan maupun pembelian perlengkapan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian tugas akhir.
BAB V. Penutup
Memuat analisis yang menyatakan bahwa lokasi yang dipilih merupakan obyek yang layak untuk diteliti serta harapan yang diinginkan penulis dengan pelaksanaan tugas akhir tersebut.
Daftar Pustaka
Memuat semua nama penulis, text book, peta, hasil penelitian dsb, yang menjadi acuan didalam pembuatan proposal.
3.2. Format
Format penulisan proposal atau usulan tugas akhir, harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ukuran kertas A4 (21 x29,7 cm), 80 gram
2. Diketik dengan jarak 1,5 spasi, paragraf spasi : before 0 pt dan after 6 pt, disarankan menggunakan pengolah kata microsoft word, jenis huruf Times New Roman, ukuran 12, dicetak dalam huruf hitam.
3. Margin penulisan adalah :
Top : 2,5 cm Right : 2,5 cm
Bottom : 2,5 cm Header : 2 cm
Left : 4,0 cm Footer : 1,7 cm
4. Halaman diletakkan di Footer pojok kanan, huruf Times New Roman, ukuran10.
5. Penomoran halaman dibuat secara kontinyu antar bab dengan menggunakan angka arab (1,2,3 …20,21,22, dst) kecuali untuk Kata Pengantar dan Daftar Isi, penomoran halaman ditulis dengan abjad (I, ii, iii, iv ….dst).
6. Footer dapat juga memuat : Judul Proposal atau Bab yang bersangkutan, yang ditulis di pojok kiri, dengan huruf Times New Roman, Ukuran 9, Italic. Contoh :


7. Jumlah halaman disesuaikan dengan keperluan.
8. Lembar pertama berupa lembar Judul.
9. Lembar kedua berupa lembar pengesahan, dan dan selanjutnya adalah isi atau materi dari proposal.
10. Judul Bab diketik dengan huruf kapital dan angka romawi serta diberi penebalan / bold (Contoh : BAB-I PENDAHULUAN), dengan letak ditengah.
11. Anak bab tingkat I diketik dengan setiap kata diawali dengan huruf kapital, angka arab dan diberi penebalan / bold (Contoh : 1.1. Latar Belakang)
12. Anak bab tingkat II diketik dengan setiap kata diawali dengan huruf kapital, angka arab, diberi penebalan / bold, serta di garis bawahi / underline (Contoh : 3.2.1. Satuan Batupasir Sisipan Batulanau)
13. Untuk anak-anak bab berikutnya sama dengan anak bab tingkat II hanya seluruh kata di buat miring / italic (Contoh : 4.3.2.1 Sesar Mendatar Cisarua )
14. Penulisan dan penomoran gambar disesuaikan dengan bab yang ada (Contoh : Gambar 2.1. : Peta Geomorfologi Regional Daerah Penelitian, artinya gambar nomor 1 yang terletak pada bab dua). Judul gambar dituliskan di bawah gambar.
15. Penulisan dan penomoran tabel disesuaikan dengan bab yang ada (Contoh, Tabel 3.2. : Kisaran Umur Daerah Peneltian, artinya tabel nomor 2 yang terletak pada bab 3) dan judul tabel diletakan di bawah tabel.
16. Proposal yang sudah disetujui dan disahkan, harus dijilid soft cover, dilaminating dengan plastik putih, sampul belakang berwarna biru tua, dijilid dengan spiral kawat, dibuat rangkap 5 (lima), masing-masing diberikan satu buah kepada Ketua program studi, koordinator tugas akhir, Pembimbing I, Pembimbing II dan untuk arsip mahasiswa.
17. Sampul / Cover laporan dicetak di atas kertas putih, minimal 80 gr, memuat judul penelitian, nama peneliti, nomor registrasi mahasiswa, lembar peta daerah penelitian, logo universitas pakuan (ukuran ± 3 cm x 3 cm), nama instansi (Jurusan – Fakultas – Universitas) dan tahun pembuatan. Lihat contoh berikut ini :


PROPOSAL TUGAS AKHIR


GEOLOGI DAN EVALUASI TATAGUNA LAHAN
DAERAH LEUWILIANG DAN SEKITARNYA
KABUPATEN BOGOR – JAWA BARAT


Lembar Peta RBI No. 1432 & 1433



Oleh :
Arif Perdana Kusumah
N.R.P : 055181017








PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS PAKUAN
JULI, 1987
IV. MATERI DAN FORMAT TUGAS AKHIR
4.1. Materi Tugas Akhir
Materi yang terdapat dalam tugas akhir secara umum mencakup dua kegiatan yaitu materi Pemetaan Geologi dan materi Studi Khusus. Kegiatan keduanya dilakukan relatif bersamaan baik di lapangan maupun di laboratorium dan studio. Skala ketelitian peta yang harus dibuat adalah 1 : 25.000, dengan luas wilayah pemetaan sekurang-kurangnya 70 km2.
Kegiatan pemetaan geologi, berupa pengambilan data geomorfologi, litologi, pengukuran unsur-unsur struktur geologi, sketa dan pemotretan, pengukuran penampang stratigrafi, pengamblan sampel (conto) batuan untuk analisis petrografi, paleontologi (umur dan lingkungan pengendapan), granulometri, ataupun untuk kajian lain seperti geo-mekanik, geo-kimia, dsb. Kegiatan studi khusus dilakukan sesuai bidang minat mahasiswa bersangkutan seperti aspek Geologi Tata Lingkungan (mencakup : gerakan tanah, geohidrolohgi, perencanaan wilayah, dsb), Sumber Daya Mineral & Energi dan sebagainya.
4.2. Pemeriksaan Lapangan
Setelah mahasiswa selesai melakukan pengambilan data lapangan, mahasiswa berkonsultasi dengan pembimbing I dan II. Untuk mengatasi permasalah-permasalahan yang dihadapi dan untuk memperoleh hasil yang baik maka pembimbing I dan II melakukan pemeriksaan lapangan bersama dengan mahasiswa bersangkutan. Peninjauan lapangan ditekankan pada lokasi-lokasi yang dianggap mewakili dan dapat memecahkan masalah di lapangan secara keseluruhan. Pada saat akan melakukan pemeriksaan lapangan mahasiswa yang bersangkutan selain berkonsultasi dengan pembimbing I dan II juga berkoordinasi dengan Koordinator Tugas Akhir.
Mahasiswa menjadwal dan membuat perencanaan pemeriksaan lapangan, mulai dari penentuan waktu pelaksanaan, lokasi, permasalahan geologi, transportasi, dan rute perjalanan, sehingga kegiatan pemeriksaan dapat berjalan , efesien efektif dan hasilnya maksimal.
4.3. Isi Pembahasan Tugas Akhir
Isi dari pembahasan tugas akhir adalah format baku atau standar yang lazim dilakukan dalam pemetaan geologi, dengan urutan yang sistematis yaitu:
KATA PENGANTAR
Berisikan landasan dilakukannya pemetaan, identifikasi dan ruang lingkup masalah, waktu pelaksanaan, ucapan terimakasih, harapan tentang manfaat laporan serta tempat, tanggal dan nama penulis.
INTISARI
Intisari merupakan bagian dari tulisan yang menyampaikan suatu informasi yang penting dari sebuah laporan dalam bentuk yang sangat singkat (sekitar 200 – 400 kata), sehingga siapapun yang membaca intisari tersebut dapat memahami isi dari tugas akhir yang dibuat.
DAFTAR ISI
Memuat rekapitulasi dari semua judul yang ada dalam laporan. Pokok-pokok yang penting ditempatkan semakin ke kiri, sebaliknya yang berkurang kepentingannya ditempatkan semakin ke kanan, seperti judul bab, sub bab, dan dilengkapi dengan halaman.
DAFTAR TABEL
Berisi seluruh tabel yang ada, dijelaskan nomor dan judulnya, diurutkan sesuai dengan nomor dan dilengkapi dengan halamam.
DAFTAR GAMBAR/FOTO
Berisi seluruh gambar atau foto yang ada, dijelaskan nomor dan judulnya, diurutkan sesuai dengan nomor dan dilengkapi dengan halamam.
BAB – I, PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat tentang latar belakang penelitian, maksud dan tujuan dilakukan penelitian, letak dan kesampaian daerah, metode penelitian, waktu penelitian dan mencantumkan para peneliti terdahulu yang pernah meneliti di daerah penelitian dan sekitarnya.
BAB – II, GEOMORFOLOGI
Memuat geomorfologi regional dan geomorfologi daerah penelitian, yang diuraikan menjadi beberapa sub bab seperti :
2.1. Fisiografi Regional
Membahas keterkaitan daerah penelitian dengan kondisi fisiografi regional yang ada, seperti ciri-ciri struktur, litostratigrafi serta intensitas tektoniknya.
2.2. Geomorfologi daerah penelitian
Mengulas tentang keadaan bentang alam yang sekarang dan perkembangannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti litologi, struktur geologi, gaya eksogen atau proses geologi muda.
Hal yang dibahas diantaranya adalah geografi fisik secara singkat seperti : lokasi, ketinggian daerah rata-rata, gunung/bukit terkenal dengan ketinggiannya, relief rata-rata, sungai-sungai terkenal dan besarannya, iklim dan cuaca dengan curah hujan bila memungkinkan.
Jika keadaan geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi, maka pembagiannya harus didasarkan kepada faktor genetika / morfogenetik. Masing masing satuan dianalisis luasan bentuk bentang alamnya, ketinggian dan beda tinggi, relief dan persen lereng batuan atau struktur pengontrol dan alasan / dasar penamaan satuan.
2.3. Pola Aliran Sungai
Membagi pola aliran sungai yang ada di daerah penelitan, berdasarkan konsep yang ada, menyangkut bentuk pola yang nampak dalam peta topografi dan dari analisis pengontrolnya seperti litologi, struktur geologi dll.
2.4. Genetika Sungai
Membagi genetika aliran sungai yang ada di daerah penelitan, berdasarkan konsep yang ada, menyangkut genetika sungai berkaitan dengan faktor pengontrolnya seperti litologi, struktur geologi dll.
2.5. Stadium Erosi
Membahas tentang tingkatan erosi yang terjadi di daerah penelitian seperti di sungai atau lembah. Analisis dilakukan dari peta topografi dan lapangan.
2.5. Stadium Geomorfik
Membahas tentang kondisi / keadaan dari bentuk bentang alam secara kesuluruhan, seperti bentuk bukit, keberadaan lembah atau bukit kaitannya dengan struktur geologi dan aktivitas erosi. Sehingga bisa di analisis stadium geomorfik di daerah penelitian apakah muda, dewasa atau tua.
BAB – III, STRATIGRAFI
Pembahasan yang dilakukan dalam bab ini menyangkut ciri-ciri litologi dan satuan-satuannya, ketebalan satuan, hubungan antar litologi atau antar satuan, proses kejadiannya, lingkungan pengendapan, umur geologi dan kaitannya dengan formasi batuan yang terdapat di daerah penelitian. Seperti :
3.1. Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional membahas dan memuat tentang tatanan stratigrafi secara regional yang mencakup daerah penelitian. Pembahasannya dimulai dari cekungan pengendapan, nama formasi, satuan batuan ciri litolog,i umur dan lingkungan pengendapan.
3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Stratigari daerah penelitian memuat tentang pembagian satuan batuan yang ada di daerah penelitian berdasarkan pada litostratigrafi, mengacu pada sandi stratigrafi Indonesia. Setiap satuan batuan dibahas secara detil dan sistematis dengan urutan pembahasan cakupannya sebagai berikut:
3.2.1. Satuan Batuan
Memuat satuan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan, serta kemiripan / kesamaannya dengan ciri formasi batuan yang ada, uraiannya menyangkut :
3.2.1.1. Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran meliputi luas penyebaran dalam persen, letak dan arah penyebarannya. Ketebalan dinyatakan dalam meter berdasarkan pengukuran penampang geologi, juga menampilkan ketebalan regional dari satuan tersebut yang diperoleh dari studi literatur.
3.2.1.2. Ciri litologi
Pembahasan meliputi ciri litologi baik secara umum maupun ciri khusus satuan tersebut, seperti ciri detil setiap jenis batuan dan ketebalan lapisan. Pembahasan dilakukan secara megaskopis dan petrografis, keduanya dilengkapi dengan bukti foto, baik di lapangan maupun hasil sayatan.
3.2.1.3. Kandungan Fosil dan Umur.
Penentuan kandungan fosil didasarkan atas hasil analisis mikropaleontologi. Penentuan umur satuan batuan dilakukan atas sampel batuan yang diambil pada lapisan bagian bawah, tengah dan atas dari satuan batuan atau formasi yang di bahas. Penentuan kisaran berdasarkan dari kisaran yang sudah dibakukan dan disusun oleh Blow. Untuk penentuan umur diperlukan fosil foraminifera planktonik, dan jika memungkinkan diperoleh fosil indek sebagai penentu umur satuan batuan yang di analisis.
3.2.1.4 Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pengendapan diperoleh dari analisis kandungan fosil bentos, pada lapisan bagian bawah, tengah dan atas, atau dengan melakukan analisis granulometri. Selanjutnya untuk mengetahui mekanisme sedimentasinya perlu dianalisis berdasarkan profil batuan yang mengandung struktur sedimen, dan di korelasikan dengan model-model yang telah di buat oleh para ahli/peneliti geologi.
3.2.1.5 Kedudukan Stratigrafi
Kedudukan stratigrafi yang diuraikan adalah hubungan stratigrafi satuan batuan yang di bahas dengan satuan batuan baik yang ada di bawah, maupun satuan batuan yang ada di atasnya. Penentuan hubungan atau kedudukan stratigrafi bisa didasarkan kepada umur satuan, maupun berdasarkan struktur lapisannya (untuk batuan sedimen), atau kontak antar satuan batuan yang dijumpai di lapangan.
BAB – IV, STRUKTUR GEOLOGI
Bab ini membahas gambaran dan ulasan mengenai keadaan dan pola struktur geologi di daerah penelitian, tafsiran mengenai mekanisme gaya / tektonik yang menyebabkan terjadinya struktur tersebut, waktu dan urutan kejadian, mencakup :
4.1. Struktur Geologi Regional
Struktur geologi regional membahas masalah struktur geologi secara umum pada wilayah atau cekungan yang mencakup daerah penelitian, serta gejala tektonik atau orogenesa yang mengontrol struktur geologi di daerah penelitian.
4.2. Struktur Geologi daerah penelitian
Pada sub bab ini struktur geologi yang dibahas adalah struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian misalnya kekar, lipatan dan patahan (sesar)
4.2.1. Struktur Kekar
Struktur kekar yang di bahas mencakup, ciri-ciri dan sebarannya, ukuran (panjang kekar) serta data kedudukan struktur kekar.
4.2.2. Struktur Lipatan
Membahas struktur lipatan yang ada secara detil seperti penamaan dan alasan penamaannya, sebaran, arah sumbu, kedudukan lapisan (jurus dan kemiringan lapisan), jenis lipatan (simetri, asimetri atau yang lainnya).
4.2.3. Patahan/Sesar
Membahas struktur patahan/sesar yang ada secara detil, dari struktur patahan yang dijumpai, mencakup penamaan dan alasan penamaannya, sebaran, arah sesar dan kedudukan sesar. Diusahakan untuk satu jenis sesar dapat diukur sekurang kurangnya di 3 tempat, dilengkapi dengan foto dan sketsa.
4.3. Analisis Struktur
Dari data-data struktur yang ada dan pola yang dibentuk, dibuat analisis secara detil dan mennyeluruh mencakup urut-urutan pembentukan struktur geologi, mekanisme pembentukannya, arah utama gaya yang membentuk struktur geologi, umur struktur geologi, dan orogenesa yang membentuknya.
BAB V SEJARAH GEOLOGI
Sejarah geologi pada hakekatnya merupakan kesimpulan dari seluruh pembahasan sebelumnya, yaitu bab geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi. Sejarah geologi bertujuan memberikan gambaran akan kejadian-kejadian geologi secara kronologi dalam ruang dan waktu geologi. Dengan demikian penulisannya di buat secara narativ, sedangkan pada bab-bab sebelumnya gaya penulisan adalah argumentativ. Sejarah geologi disusun menurut waktu, dimulai dari kejadian geologi pada umur tertua dan berangsur ke yang lebih muda hingga jaman Kuarter.
Pembahasan menyangkut :
1. Proses sedimentasi yang bagaimana, dimana dan membentuk apa, yang terjadi pada jaman itu.
2. Proses-proses tektonik apa yang mengikutinya dan kapan serta apa akibatnya.
3. Proses denudasi yang bagaimana yang selanjutnya terjadi, kapan dan apa yang terbentuk.
4. Proses-proses geologi muda apa saja yang terjadi di jaman Kuarter ini dan apa hasilnya.
BAB VI. MASALAH KHUSUS
Masalah khusus yang dianalisis/dibahas disesuaikan dengan dengan rencana judul penelitian, yang merupakan studi diluar pemetaan geologi tapi ada keterkaitannya dan dibahas secara terpisah dan detil.
Dalam pembahasannya mencakup, latar belakang pengambilan topik studi khusus, maksud dan tujuan, sasaran dan manfaat dari studi khusus tersebut. Selanjutnya adalah isi yang mencakup pengertian atau teori dasar yang berkaitan dengan topik studi khusus, metode pengambilan data dan analisis, hasil data lapangan maupun maupun laboratorium/studio, analisis dan terakhir hasilnya.
BAB VII. KESIMPULAN
Pada bab ini semua aspek geologi mulai dari morfologi, stratigrafi struktur geologi dan studi khusus, disimpulkan secara singkat, tetapi mudah dipahami oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat semua nama penulis, text book, peta, hasil penelitian dsb, yang menjadi acuan didalam pembuatan laporan tugas akhir.


Unsur-unsur Daftar Pustaka :
1. Nama pengarang, dikutip lengkap.
2. Judul buku.
3. Data publikasi : tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
4. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
Bentuk Daftar Pustaka :
1. Buku dengan seorang pengarang, penulisan :
Nama keluarga, nama kecil atau inisial, gelar, tahun penerbitan, judul buku lengkap, penerbit, kota, jumlah halaman.
2. Buku dengan dua atau pengarang, penulisan :
Nama-nama pengarang (yang pertama dibalik, yang kedua dan ketiga tidak dibali), tahun penerbitan, judul buku lengkap, penerbit, kota, jumlah halaman.
3. Buku dengan banyak pengarang, penulisan :
Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan, dengan susunan terbalik. Untuk menggantikan pengarang lainnya cukup dipergunakan singkatan “et al” atau “dkk”, tahun penerbitan, judul buku lengkap, penerbit, kota, jumlah halaman.
4. Urutan penulisan pustaka dalam daftar :
Urutan dalam daftar didasarkan pada huruf pertama dari nama penulis. Apabila huruf pertama sama, maka alfabetis berikut berdasarkan huruf kedua, dan seterusnya. Kalau dua atau lebih dengan penulis yang sama, maka diurut berdasarkan tahun penerbitannya.
Contoh penulisan daftar pustaka :
1. Koesoemadinata,R.P.,1998, Perencanaan Eksplorasi Batubara, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, Bandung, 24 hal.
2. Cassidy,Samuel M.,1973, Element of Practical Coal Mining, Society of Mining Engineers of The American Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum Engineers, Inc. New York. 324 hal.
4.4. Format Tugas Akhir
Format penulisan Tugas Akhir, adalah sama dengan format penulisan untuk pembuatan Proposal Tugas Akhir, kecuali :
 Laporan penelitian harus dijilid dengan Hard Cover, warna biru tua, huruf warna tinta emas, dilengkapi dengan kantong untuk peta-peta.
 Setelah lembar judul di lembar pertama, maka lembar berikutnya secara berturut-turut adalah :
o Lembar pengesahan
o Kata Pengantar
o Daftar isi, tabel, gambar dan lampiran
o Lembar berikutnya adalah isi Tugas Ahir
 Penulisan istilah asing menggunakan huruf miring atau dengan tanda kutip atas.
 Tugas akhir yang sudah disetujui dan disahkan, harus dibuat rangkap 5, masing-masing untuk Ketua program studi, koordinator tugas akhir, Pembimbing I, Pembimbing II dan untuk arsip mahasiswa.
 Pengesahan oleh Pembimbing I dan II, Ketua Program Studi dan Koordinator Tugas Akhir ( Contoh pada lampiran)
4.5. Format Peta
Peta-peta dan gambar yang harus dibuat selama melakukan kegiatan penelitian lapangan, sekurang-kurangnya adalah :
1. Peta Geologi
2. Peta Satuan Geomorfologi
3. Peta Lintasan & Lokasi Pengambilan sampel
4. Diagram Blok Sejarah Geologi
5. Penampang Kolom Stratigrafi
6. Peta yang berkaitan dengan studi khusus
Informasi pada peta, sekurang-kurangnya harus memuat :
1. Nomor lembar peta, diletakkan di sudut kanan atas
2. Nama Program Studi, Fakultas dan Universitas
3. Tahun Pembuatan
4. Judul Peta
5. Arah mata angin
6. Skala peta, baik grafis maupun angka
7. Nama pembuat peta & nomor registrasi mahasiswa.
8. Keterangan, yang menjelaskan semua informasi gambar dalam bentuk kata / kalimat.
9. Penampang dengan menyebutkan arah penarikan garis penampang dan besarnya skala vertikal dan skala horizontal (khusus untuk peta geologi dan geomorfologi)
10. Peta indeks dan lokasi
11. Deklinasi dan Inklinasi.
Diusahakan dalam lembaran peta yang dibuat, tidak banyak tersisa bagian kosong yang tidak terisi, baik oleh gambar maupun kalimat. Contoh Peta :


























V. PEMBIMBINGAN DAN UJIAN
5.1. Dosen pembimbing
Setiap mahasiswa akan mendapat bimbingan mulai dari persiapan, penelitian, penulisan dan pengujian oleh 1 (satu) dosen pembimbing I dan 1 (satu) dosen pembimbing II, dan setiap mahasiswa tugas akhir harus memiliki kartu bimbingan, (contoh kartu bimbingan terlampir), yang dibawa setiap melakukan bimbingan dengan pembimbing, maupun dosen yang lainnya.
5.1.1. Pembimbing I (Pembimbing Utama) yaitu :
Tenaga edukatif tetap, baik YPS-PUP ataupun Kopertis, sesuai SK DIKTI no.421/DIKTI/Kep/1996, pembimbing skripsi atau tugas akhir S-1, adalah dosen yang memiliki kualifikasi akademik yang relevan yaitu:
 Serendah-rendahnya berpendidikan Sarjana (S-1) dan dengan jabatan fungsional Lektor atau yang sederajat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Bergelar Magister atau berpendidikan S-2 dengan jabatan fungsional serendah-rendahnya Lektor muda.
 Bergelar Doktor atau berpendidikan S-3 dengan jabatan fungsional serendah-rendahnya Asisten ahli.
5.1.2. Pembimbing II yaitu :
 Semua yang memenuhi persyaratan menjadi pembimbing satu bisa menjadi pembimbing II.
 Bergelar S-1 Dosen tetap atau luar biasa, dengan jabatan fungsional serendah-rendahnya asisten ahli.
 Dalam kondisi tertentu, jika dibutuhkan, pimpinan proyek, atau yang ditunjuk untuk mewakilinya dan ahli dibidangnya, walaupun tidak memiliki jabatan fungsional, tetapi berpendidikan S-1.
5.1.3. Hak dan Kewajiban Dosen Pembimbing
 Secara umum, pembimbing merupakan penanggung jawab utama atas seluruh kegiatan tugas akhir, mulai dari persiapan, penyusunan proposal, pengambilan data di lapangan, analisis lab dan studio, sampi penyusunan laporan dan ujian.
 Pembimbing bertanggung jawab terhadap kesesuaikan topik, tatacara penulisan, perumusan masalah, analisis masalah sampai pemecahan masalah.
 Pembimbing bertanggung jawab terhadap pemilihan, metode analisis, yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.
 Pembimbing bertanggung jawab atas keabsahan laporan Tugas Akhir mahasiswa bimbingan, dengan memperhatikan teknik penulisan ilmiahnya, dan kemungkinan terjadi plagiatisme.
 Pembimbing bertanggung jawab terhadap keseluruhan bobot penulisan tugas akhir, yang disesuaikan dengan bobot 6 SKS, dan mempertimbangkan kemampuan mahasiswa bimbingan.
 Pembimbing memberikan persetujuan, atas usulan mahasiswa bimbingannya kepada koordinator tugas akhir untuk melakukan Kolokium (seminar tugas akhir), maupun sidang tugas akhir dari sisi kesiapan akademis mahasiswa bimbingannya.
 Pembimbing wajib hadir dan menguji mahasiswa bimbingannya, pada saat kolokium maupun sidang tugas akhir.
 Pembingbing wajib mengoreksi kembali hasil perbaikan, tugas akhir mahasiswa bimbingannya dan menyetujuinya bila dianggap sudah layak untuk dijilid dan diarsipkan di jurusan dan perpustakaan.
5.2. Kolokium (Seminar Tugas Akhir)
Mahasiswa yang mengikuti tugas akhir dapat mengajukan atau melaksanakan kolokium tugas akhir jika telah memenuhi persyaratan persyaratan sbb:
5.2.1. Persyaratan dan Tata Cara
 Persyaratan akademik yaitu : penelitian lapangan termasuk analisis data lapangan, laboratorium, studio, pemeriksaan lapangan oleh pembimbing, serta kelengkapan untuk pelaksanaan kolokium dan disetujuan oleh dosen pembimbing.
 Setelah disetujui, mahasiswa mengajukan ke koordinator Tugas akhir dan /atau ketua program studi, dan dosen kolokium, untuk penentuan waktu pelaksanaan.
 Melunasi biaya tugas akhir cicilan ke 2, sesuai ketentuan yang berlaku.
 Mahasiswa bisa melaksanakan kolokium jika telah/pernah mengikuti kolokium , sebagai peserta minimal 5 (lima) kali semenjak terdaftar sebagai mahasiswa Program studi Teknik Geologi Universitas Pakuan, (formulir peserta kolokium terlampir).
 Kolokium dapat diselenggarakan jika, dihadiri minimal oleh Dosen pembimbing dan Dosen kolokium, serta mahasiswa peserta minimal 10 orang.
5.2.2. Penilaian.
Mahasiswa peserta kolokium dinyatakan lulus dari ujian kolokium jika memperoleh nilai minimal 55,6. yang merupakan gabungan antara dua dosen penilai, yaitu dosen pembimbing dan dosen kolokium.
Komponen penilai terdiri dari:
1. Penguasaan materi (55%)
2. Diskusi Tanya Jawab (15%)
3. Penampilan dan kerapihan laporan (10%)
4. Sarana penunjang slide, projector dll (10%)
5. Ketepatan pemanfaatan waktu (10%)
5.3. Sidang Tugas Akhir
5.3.1. Persyaratan Sidang Tugas Akhir
Mahasiswa diperbolehkan mengikuti sidang tugas akhir jika memenuhi persyaratan:
 Telah lulus semua mata kuliah, jumlah nilai D maksimal 10% dari total SKS.
 Tidak ada nilai D mulai semester VI sampai VIII. IP kumulatif minimal 2,0.
 Telah memenuhi persyaratan administrasi maupun akademis dan keuangan yaitu terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada semester berjalan, dan mencantumkan beban SKS tugas akhir (6 SKS) pada Formulir Rencana Studi serta membayar biaya SKS-nya.
 Telah menyelesaikan pembuatan Laporan Tugas AKhir, yang dibuktikan dengan tanda selesai dari Dosen Pembimbing I dan pembimbing II.
 Telah menyerahkan draft laporan tugas akhir kepada tim penguji selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum sidang dilaksanakan.
 Mengisi surat permohonan mengikuti Ujian Tugas akhir dan diajukan ke Program studi (Farmat permohonan terlampir).
5.3.2. Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir
 Tidak ada waktu khusus untuk sidang tugas akhir (waktu ditentukan sesuai dengan kesiapan dan pengajuan dari mahasiswa)
 Menjelang wisuda, sidang dilaksanakan selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanggal wisuda.
 Perbaikan laporan Tugas Akhir hasil sidang selambat-lambatnya diserahkan 2 (dua minggu), setelah sidang dilaksanakan.
5.3.3. Penilaian Sidang Tugas AKhir
Pengujian dan penilaian sidang tugas akhir untuk menentukan kelulusan mahasiswa yang mengikuti sidang tugas akhir yaitu:
 Penguji pada sidang tugas akhir berjumlah 5 Orang, terdiri dari 2 penguji merangkap pembimbing dan 3 penguji yang ditunjuk oleh koordinator tugas akhir.
 Materi ujian mencakup pengetahuan/penguasaan pengetahuan umum tentang geologi, dan penguasaan khusus tentang laporan tugas akhir, (Format penilaian terlampir).
 Mahasiswa dapat dinyatakan lulus hanya pengetahuan umumnya saja , atau hanya lulus tugas akhirnya saja, dengan nilai minimal masing-masing 55,6.
 Jika mahasiswa lulus pengetahuan umumnya saja maka harus, mengulang untuk untuk tugas akhirnya, atau sebaliknya.
 Mahasiswa dapat dinyatakan lulus apabila lulus keduanya dan mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 55,6, rata-rata dari total nilai.
 Bagi mahasiswa yang tidak lulus keduanya harus mengulang/mengikuti sidang ulangan, dengan proses pengajuan seperti semula.
 Hasil evaluasi siding tugas akhir, penilaian dikonversi dari nilai mutlak menjadi nilai mutu dengan kriteria sebagai berikut :
Angka akhir Nilai Mutu Predikat
76 – 100
66 – 75
56 – 65
< 55 A
B
C
D Sangat memuaskan
Memuaskan
Cukup
Tidak Lulus
5.4. Masa Pelaksanaan Tugas Akhir
Masa pelaksanaan tugas akhir adalah 1 tahun terhitung mulai dikeluarkannya surat keputusan melaksanakan tugas akhir. Jika sampai batas waktu tersebut mahasiswa belum dapat menyelesaikan tugas akhirnya, mahasiswa berhak mengajukan perpanjangan dengan persyaratan sebagai berikut:
 Masa perpanjangan hanya diberikan selama 6 bulan.
 Mendapat ijin pembimbing I, II dan persetujuan koordinator Tugas Akhir.
 Memberitahukan kelambatan tersebut satu bulan sebelum batas waktu berakhirnya masa tugas akhir kepada koordinator tugas akhir, dengan tembusan kepada pembimbing I dan II serta Ketua program studi.
 Alasan yang dapat diterima untuk perpanjangan waktu pelaksanaan hanya menyangkut proses pembimbingan dan perolehan data/informasi.
5.5. SANKSI
Mahasiswa yang sedang melaksanakan Tugas Akhir dapat dikenai sanksi administrasi maupun akademik apabila:
 Sampai batas perpanjangan yang ditentukan tidak dapat diselesaikan, maka tugas akhir yang sudah dilaksanakan dibatalkan dan harus diganti dengan tugas akhir yang baru dan melakukan proses dari awal.
 Isi laporan tugas akhir, baik sebagian atau keseluruhan, sama atau identik dengan laporan tugas akhir mahasiswa lain, baik dilingkungan ataupun di luar Universitas Pakuan, maka tugas akhir dibatalkan dan mendapat sanksi dari Dekan Fakultas Teknik.
 Diketahui bahwa mahasiswa yang sedang melaksanakan tugas akhir melakukan pemalsuan data, atau menyampaikan data yang sifatnya rahasia tanpa ada persetujuan dari pemilik sumber data, maka tugas akhir dibatalkan dan mendapat sanksi dari dekan Fakultas Teknik.
5.6. Biaya Tugas Akhir
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas akhir, maka mahasiswa yang akan melaksanakan atau mengambil mata kuliah tugas akhir akan di bebani biaya tugas akhir sebesar Rp. 2.000.000,(dua juta rupaih). Biaya tersebut diperuntukan , biaya bimbingan (pembimbing satu dan dua), baik dilapangan maupun di studio dan lab, biaya kolokium, biaya sidang tugas akhir.
Untuk mempermudah pengelolaannya dan meringkankan pembayarannya maka, pembayaran dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahap penelitiannya, dengan perincian sebagai berikut :
Tahap pertama : sebesar Rp. 700.000, dibayarkan pada saat pengajuan surat keputusan melaksanakan tugas akhir, penggunaan biaya untuk pembimbingan, proposal, lapangan dan analisis laboratorium, studio/penggambaran
Tahap kedua : Sebesar Rp. 600.000, dibayarkan pada saat akan melaksanakan kolokium, biaya untuk bimbingan analisis dan penulisan laporan, pelaksanaan ujian kolokium
Tahap ketiga : Sebesar Rp.700.000, dibayarkan pada saat akan mengajukan ujian sidang tugas akhir, penggunaan biaya untuk bimbingan penulisan laporan, dan pelaksanaan ujian sidang tugas akhir dan perbaikan setelah sidang.
Apabila tim penguji pada sidang Tugas akhir memutuskan tidak lulus dan mewajibkan mengulang, maka yang bersangkutan diwajibkan membayar untuk sidang ulangan sebesar Rp. 600.000.

Kamis, 22 Januari 2009